Protected by Copyscape Plagiarism Checker

8/31/11

Haruskah anda melakukan proses normalize pada track audio (bag I)

Perlu atau tidaknya melakukan proses normalize pada track audio merupakan hal yang mungkin masih sedikit membingungkan, setidaknya bagi para newbie di digital audio recording. Kesalah pahaman tentang konsep dari normalize itu sendiri, ditambah mitos-mitos yang beredar mulut ke mulut diantara sound engineer semakin membuat permasalahan yang mungkin dianggap “cemen” bagi sound engineer professional ini (walaupun masih banyak juga yang sebenarnya tidak terlalu mengerti masalahnya :p), menjadi semakin bias bagi orang yang sedang mempelajari digital audio recording.

Materi posting kali ini, sebenarnya merupakan jawaban saya atas pertanyaan-pertanyaan Sdr. andy87, salah satu pengunjung blog ini melalui email. Pertanyaan-pertanyaan seputar proses normalize pada track audio, yang secara globalnya mendasari pertanyaan utama, yaitu “haruskah proses normalize dilakukan pada semua track audio ?” , merupakan pertanyaan-pertanyaan yang saya pikir mewakili pertanyaan banyak orang, sehingga saya merasa harus memberikan pendapat ataupun jawaban melalui blog.

Namun sebelum saya mulai menulis jawaban saya untuk pertanyaan-pertanyaan beliau, ada baiknya saya menulis sedikit konsep dasar dari proses normalize pada track audio tersebut.

Konsep dasar dari proses normalize pada track audio

Proses normalize merupakan proses merubah (dalam hal ini menambah/mengurangi) level dari setiap sinyal yang terdapat didalam sebuah audio. Besaran penambahan/pengurangan level yang diaplikasikan ke semua sinyal didalam audio akan sama dengan besaran yang dibutuhkan oleh sinyal tertinggi dari audio tersebut untuk dapat menyentuh level yang telah ditentukan. Sebagai contoh: ketika anda memiliki sebuah audio yang memiliki sinyal tertinggi (peak level) sebesar – 1dB, kemudian anda melakukan proses normalize ke 0dB, maka semua sinyal dalam audio tersebut akan mengalami penambahan sebesar +1 dB (karena peak level -1dB membutuhkan +1 dB untuk menjadi 0 dB).

Proses normalize ini sebenarnya tidak terlalu berbeda dengan proses menaik turunkan level volume audio dengan menggunakan tombol volume atau volume fader secara manual, karena semua level sinyal akan naik atau turun secara bersamaan dan sama besar. Hanya saja, pada proses normalize, level sinyal dirubah oleh system secara otomatis dengan cara mencari peak level dari audio yang diproses, menyesuaikan peak level tersebut ke level yang telah ditentukan, baru kemudian melakukan penambahan/pengurangan level pada sinyal lain di audio tersebut dengan besaran yang sama dengan yang ditambahkan/dikurangkan pada sinyal peak level tadi.

Pertanyaan-pertanyaan seputar proses normalize pada track audio

Kembali pada pertanyaan-pertanyaan sdr.andy87 seputar proses normalize pada track audio, berikut adalah jawaban-jawaban saya :

Pertanyaan 1: Apakah benar bahwa proses normalize dapat membuat track audio terbebas dari clipping?

Pada umumnya sebuah track audio yang telah direkam kemudian di normalize ke 0 dB memang akan terbebas dari clipping, namun itu hanya berlaku pada track audio yang masih murni. Proses normalize pada track audio yang sebelumnya telah difilter atau diproses (misalnya saja track audio yang sudah mengalami boosting equalizer atau diberi effect-effect tertentu) tetap memiliki kemungkinan untuk mengalami clipping.

Satu hal lagi, jika track audio yang telah dinormalize tersebut merupakan bagian dari mix yang semua track didalamnya juga telah di normalize ke 0 dB, clipping biasanya tetap akan terjadi pada master output. Hal tersebut dikarenakan penjumlahan level volume dari track-track audio akan membuat sinyal melampaui batas peak level di master output.
Dengan demikan, kesimpulan jawaban saya pada pertanyaan ini adalah : Ya, proses normalize pada track audio akan membuat track tersebut terjaga dari kemungkinan terjadinya clipping, namun hanya pada kondisi-kondisi tertentu, dan umumnya hanya berlaku pada track-track audio yang belum diproses atau diberi effect…next :)

Pertanyaan 2 : Apakah proses normalize setiap track audio pada saat mixing membuat proses mixing akan menjadi lebih mudah (karena volume sudah optimal)?


Sayangnya tidak ada shortcut apapun untuk membuat proses mixing menjadi mudah (pada poin ini saya rasa baik sound engineer yang sedang belajar mixing hingga sound engineer di studio-studio professional akan sama-sama menghela nafas ataupun berteriak setuju ;))

Proses normalize pada track audio tidak akan dapat memastikan bahwa proses mixing menjadi lebih mudah, karena level volume dari sebuah track audio tidak memiliki standar baku yang dapat memastikan bahwa track audio tersebut akan “blend in” secara automatis kedalam lagu. Jadi jawaban saya adalah : Tidak

Pertanyaan 3 : Apakah proses normalize akan membuat track memiliki level volume yang sama kerasnya dengan level volume track lain ?

Proses normalize pada track audio hanya akan membuat peak level dari track audio tersebut sama tingginya dengan peak level dari track audio lain, namun sama sekali tidak dapat memastikan level volume dari track-track tersebut secara keseluruhan akan terdengar sama keras. Hal ini dikarenakan persepsi dari telinga kita akan keras/pelannya sebuah audio akan sangat bergantung dari banyak faktor.

Coba bayangkan contoh berikut : Saya memiliki dua buah track audio yang masing-masing berisikan suara rekaman dari drum kit yang sudah di mix menjadi satu. Kemudian saya melakukan proses normalize untuk kedua track audio tersebut ke 0 dB.

Pada track drum 1 ( misalnya) suara yang dihasilkan oleh bass drum memiliki level sinyal -6 dB, hi-hat – 4 dB, crash -5 dB, snare -1 dB. Ketika proses normalize dilakukan, secara otomatis system akan menganggap bahwa peak level dari sinyal-sinyal di track tersebut adalah -1 dB (level sinyal yang dimiliki oleh pukulan snare) sehingga memerlukan tambahan +1 dB untuk membuat peak level tadi menyentuh level 0 dB. Besaran level + 1dB ini kemudian diaplikasikan kedalam sinyal-sinyal lain, sehingga pada akhir dari proses normalize saya memiliki sinyal bass drum – 5 dB, hi hat -3 dB, crash -4 dB dan snare 0 dB.

Sementara pada track drum 2 (juga misalnya), suara bass drum memiliki level sinyal -6 dB, hi-hat – 5 dB, crash -5 dB, snare -4 dB, sehingga system menganggap harus menambahkan level sinyal sebesar + 4 dB kesemua sinyal. agar peak level dari track tersebut menyentuh 0 dB. Dan pada akhir proses normalize, track tersebut memiliki sinyal bass drum – 2 dB, hi hat -2 dB, crash -1 dB dan snare 0 dB.

Sekarang mari bandingkan kedua track drum yang sudah di normalize 0 dB tadi :
Track drum 1 : -5dB, -3dB, -4dB, 0 dB (peak level)
Track drum 2: -2dB, -2dB, -1dB, 0 dB (peak level)

Walaupun kedua track tersebut memiliki peak level yang sama yaitu 0 dB, track drum 2 akan terdengar memiliki volume yang relatif lebih keras dari track drum 1. Hal ini dikarenakan bahwa persepsi kita tentang keras/pelannya sebuah audio tidak didasari oleh peak level yang dimiliki oleh audio tersebut, namun akan lebih dipengaruhi oleh level rata-rata, serta intensitas sinyal yang dihasilkan secara keseluruhan.


Bersambung ke bagian dua...


Artikel terkait