Protected by Copyscape Plagiarism Checker

2/16/10

3 faktor penentu kualitas rekaman digital audio


Sebenarnya, banyak faktor yang menentukan kualitas akhir dari rekaman digital audio. Mulai dari kualitas sound card, kabel, jacks penghubung, instrument dan mic, hingga akustik ruangan. Namun dari semua faktor yang ada, faktor utama yang menjadi penentu kualitas rekaman digital audio adalah sebagai berikut:

Faktor penentu kualitas rekaman digital audio yang pertama: Kualitas komponen ADC/DAC (analog to digital converter/digital to analog converter)

Point paling penting yang menjadi penentu kualitas rekaman digital audio adalah kualitas dari ADC/DAC yang dimiliki sound card. Sebuah ADC/DAC dengan spesifikasi 24 bit 96 khz yang terintegrasi di sound card internal memiliki tingkat noise yang hampir sama dengan ADC/DAC yang memiliki spesifikasi 16 bit 44.1 khz. Dengan demikian untuk menghasilkan rekaman digital audio yang terbaik anda harus menggunakan sound card dengan ADC/DAC yang terpisah (biasa disebut break out box) dan memiliki digital input kedalam sound card.

Faktor penentu kualitas rekaman digital audio yang kedua : konversi sampling rate

Akurasi dari hasil rekaman digital audio akan berkurang banyak jika anda terlalu sering melakukan konversi sampling rate. Sebagai contoh kasus : Anda merekam suara dengan sampling rate 48 kHz, kemudian mentransfernya ke software pengolah audio lain menggunakan konversi sampling rate 96 kHz, lalu meng-edit dan memasukkan hasilnya kedalam CD audio dengan konversi sampling rate 44,1 kHz.
Setiap proses konversi tersebut akan membuat penambahan distorsi sehingga nantinya akan mengakibatkan noise. Jadi sebaiknya jika anda telah menentukan bahwa output akhir akan memiliki sampling rate 44,1 kHz, maka mulai dari proses perekaman, mixing hingga mastering, sampling rate yang digunakan adalah 44,1 kHz.

Faktor penentu kualitas rekaman digital audio ketiga: spesifikasi bit depth lebih berpengaruh dari sampling rate

Pada saat merekam digital audio, spesifikasi bit depth yang dimiliki oleh ADC akan menentukan dynamic range dari suara yang dapat direkam, sementara spesifikasi sampling rate ADC tersebut akan menentukan batas frekuensi maksimum dari suara yang dapat terekam.
Dengan logika tersebut, maka spesifikasi bit depth sebuah ADC akan lebih berpengaruh pada kualitas rekaman ketimbang kualitas sampling rate-nya. Mengapa demikian? hal ini dikarenakan kemampuan alami pendengaran manusia yang tidak sanggup mendengar suara dengan frekuensi dibawah 20 Hz dan diatas 20 KHz, namun masih sanggup mendengar suara yang memiliki dynamic range hingga 130 dB.
Digital audio dengan resolusi 16 bit depth memiliki dynamic range 90 dB, sementara ADC dengan 24 bit depth memiliki dynamic range berkisar antara 109-120 dB (masih dalam batas pendengaran manusia). Dilain pihak, berdasarkan nyquist theory, ADC dengan sampling rate 44,1 kHz telah mampu merekam frekuensi maksimum 22 kHz ( ADC dengan sampling rate 48 kHz merekam frekuensi sampai dengan 24 kHz, ADC 96 kHz merekam frekuensi maksimum 48 kHz, yang merupakan frekuensi-frekuensi yang sebenarnya tidak dapat terdengar lagi oleh telinga manusia).

Andrian Roult

Artikel terkait